Rasanya aku memang tak pernah benar-benar memikirkan hendak jadi apa dan seperti apa aku dimasa mendatang. Karena dari selama ini hidupku, dari semua yang terjadi padaku, bagaimana aku sekarang ini, benar2 aku serahkan padaNya. Dalam doaku, selalu kuminta agar Allah selalu memberikan yang terbaik menurutNya. Mungkin karena hal ini, jadinya aku jarang sekali membuat bahkan memikirkan hendak jadi apa dimasa mendatang.
Entahlah.
Dari semua tulisanku yang ada, hampir semuanya adalah tentang isi hatiku yang berkeluh kesah. Ini baru kusadari setelah membaca-baca lagi isi folder rahasiaku. Entah atau memang dengan menulis aku merasa lebih plong dan merasa aman untuk berkeluh kesah sehingga jarang sekali ada catatan yang berisi tentang keinginan2ku. Apalagi proposal hidup.
Tapi, agaknya sedikit tersentil dengan obrolan ringan dengan kakak tadi malam. Dengan membuat proposal hidup, kita punya bayangan mau seperti apa kita dimasa mendatang. Huum.
Entahlah.
Menurutku dengan begitu membuat kita (mungkin hanya menurutku) jadi berharap. Berharap dengan meminta yang sempurna-sempurna. Akan sakit rasanya saat ternyata yang terjadi malah sebaliknya. Ya walaupun kita harus punya target-target, tapi mengapa aku tak terlalu memikirkannya ya?
Entahlah.
Huum. Setelah kupikir-pikir, rasanya memang tak ada salahnya juga aku membuat proposal hidup. Ingin jadi apa dan seperti apa aku dimasa mendatang. Ya semoga saja dengan menuliskannya saat ini, suatu saat nanti aku akan mengerti dan memahami kalo hidup pun mesti dirancang. Dan aku yakinkan, bahwa ini adalah doaku. Semoga Yang Maha Kuasa berkenan tuk mengabulkannya. Amiiin. Lalu, bagaimana menyusun proposal hidup yang benar?
Entahlah. Tulis saja apa yang ingin kutulis.
Umurku 20 tahun saat aku menuliskan ini. Saat ini, aku masi menjalani aktivitasku sebagai mahasiswi STIS tingkat 3 semester 6. Diakhir tahun 2011 ini, aku akan berada di ujung jalan pembelajaranku sebagai mahasiswa. Di tingkat 4 nanti, sepertinya hari-hariku akan sibuk dengan satu kesibukan baru, SKRIPSI.
Entahlah.
Kuakui saat ini aku belum punya gambaran tentang teman baruku nanti ini. Semoga Allah melancarkan dan memberi pengalaman yang berharga saat hari-hariku akan lebih banyak diluar kampus daripada didalam kampus. Aku tak mau membayangkannya terlalu jauh, Cuma berharap yang terbaik saja yang diberikan olehNya.

Di bulan September 2012, aku diwisuda, mengenakan kebaya anggun, didampingi papa-mama yang jauh-jauh datang dari pekanbaru, berharap juga ada ade dan iki disaat itu, adik-adikku yang sudah beranjak dewasa, tak lagi dengan bekas ingus dihidungnya (hehehe), tapi sudah dengan pribadi-pribadi yang tumbuh baik seperti yang diajarkan orang tua kami. Di gedung auditorium kampusku yang megah, aku saksikan semua teman-teman angkatanku benar-benar tersenyum sumringah menyambut hari itu. Rasanya ada kebanggaan dan kepuasan yang mendalam setelah sebelumnya berjuang bersama-sama demi memberikan yang terbaik buat skripsi yang sekali seumur hidup. (karena jika nanti aku menamatkan s2 ku, tentu namanya buka skripsi :p) Tak lupa, ada kakak juga disana.
Penempatanku? Tentu aja pulang ke Riau. Seperti doanya mama, yang sangat ingin aku bisa bekerja di Riau, mudah2an di pekanbaru. Walaupun sebenarnya aku tak tak terlalu mempermasahkannya, berharap Allah memberikan yang terbaik menurutNya atas diriku. Jika ridho orang tua juga ridho Allah, aku berharap ridho Allah akan sama dengan ridho orang tuaku, khususnya mama.
Dua tahun bekerja, saat umurku 24 tahun, aku menikah dengan seorang pria yang dipilihkanNya untukku, aku yakin dialah yang terbaik menurut Allah. Seorang pria yang agamanya baik, dewasa, bijak, romantis, selalu berfikiran positif dan mampu membimbingku dengan lembut, mencintaiku dengan segala lebih-kurangku, aku pun mencintainya dengan setulus-tulusnya hatiku. Aku ingin sahabat-sahabat dan teman-temanku dapat hadir di acara resepsi kami. Karena itulah saat aku ingin kita semua bertemu lagi dalam satu suasana yang bersuka cita. Aku akan belajar masak masakan yang enak-enak dan bergizi untuk suamiku tercinta. Aku juga mulai merintis usaha swalayan seperti cita-citaku. Entahlah, usaha ini mulai menarik bagiku akhir-akhir ini. Dengan modal pinjaman, aku dan suamiku belajar dan berusaha merintis usaha kami dari NOL. Seiring berjalannya waktu usaha swalayan itu semakin besar dan mulai punya cabang dibeberapa wilayah. Lima tahun kemudian, saat usiaku 27 tahun, aku punya tiga jagoan kecil, kenapa tiga? Karena anak keduaku adalah kembar, cowok-cowok. Dan anak pertamaku cewek. Dan kami adalah keluarga kecil yang sakinah, mawadah, waeahmah. Hari-hariku semakin sibuk dengan pekerjaanku sebagai pegawai BPS di salah satu kabupaten di Riau. Tentu saja aku tak lupa untuk selalu memperhatikan suami dan anak-anakku, serta swalayanku.
Disaat itu, kurasa tabunganku telah cukup untuk membayar pinjaman yang kami pinjam dari bank untuk memulai usaha. Bahkan aku telah berhasil mengumpulkan rezekiku untuk memberangkatkan papa-mamaku ke tanah suci. Papa mamaku akan pulang dengan senyum yang bahagia, karena telah bisa berjumpa dengan Ka’bah dan berkunjung ke Tanah Suci. Kubayangkan senyum bahagia mereka, dan kurasa inilah salah satu hal yang mampu kulakukan sebagai baktiku, yang memang tidaklah sebanding dengan perjuangan papamama dalam merawat dan menjagaku selama ini. Selamat datang kembali ke Tanah Air, H. Syukri, B.Sc dan Hj. Hardianti. Semoga menjadi haji mabrur, selalu dilindungi Allah dan tetap bersama hingga akhir usia.
Dua adikku? Jangan tanya. Ade yang saat itu berumur 22 tahun telah berhasil memperoleh gelarnya sebagai sarjana pendidikan di Universitas Terbaik di negri ini. Niatnya yang ingin jadi guru, teramat sangat mulia menurutku, karena alasannya bahwa guru-guru saat ini tidak lagi mengajar dengan menekankan pada pemahaman, tapi pada penghapalan. Dan ia ingin menjadi guru yang benar-benar guru, yang menekankan pada pemahaman anak didik. Semoga tercapai cita-citamu nak. Lalu, gimana dengan Iki? Ia masi sibuk dengan kegiatannya sebagai mahasiswa. Tapi hendak jadi apa kau nak? Rasanya belum pernah cerita ke kakak tentang cita-citamu. Apapun itu, semoga itulah yang terbaik yang ditunjukkan Allah padamu.
Di saat yang sama, pengajuan beasiswaku ke Jepang telah mendapat jawaban. Aku lulus. Beasiswa ke Jepang tuk mendalami ekonomi. Aku meninggalkan suami dan anak-anakku tuk sementara karena keinginanku tuk belajar masi ada. Aku yakin aku akan bisa sering-sering pulang ke tanah air tuk menemui mereka karena aku mencintai mereka dengan setulus-tulusnya hatiku. Lelahnya badan ini takkan kurasakan lagi saat mereka tersenyum padaku.
Aku tak mau hanya jadi ibu rumah tangga. Aku ibu rumah tangga yang fashionable. Memiliki usaha butik di salah satu space yang kusewa disalah satu Mall yang ada di pekanbaru. Butik baju anak-anak. Tak lupa bahwa sekali sebulannya aku ingin dapat berkunjung ke panti asuhan dan menjadi donatur tetapnya.
Saat usiaku 35 tahun, aku yakin suamiku masih dengan sifatnya ketika kami menikah 11 tahun yang lalu, tak berkurang sedikitpun kasih sayangnya padaku dan aku adalah satu-satunya wanita dihatinya. Kuharap aku selalu bisa menjadi penyejuk dan penyemangatnya.


Anak-anakku akan aku ajarkan membaca sedari dini agar ia bisa belajar banyak di usianya yang masih belia. Mereka adalah anak-anakku yang lincah dan selalu taat padaNya.
Dan kami adalah keluarga kecil yang bahagia selamanya, ever after forever.
*Semoga Engkau membaca tulisanku ini Ya rabb, dan berkenan mengabulkannya. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar