Aku telah mengenalnya setahun belakangan ini. Ia tipikal tikus
yang jarang berbicara namun sering mengeluh. Dua sisi yang bertolak belakang, menurutku.
“Bagaimana ‘tangkapanmu’ hari ini, bro?”, tanyaku padanya
malam itu. Kami tidak sengaja bertemu di sudut gang yang gelap dan juga dingin.
Hujan baru saja selesai mengguyur pinggiran kota ini, Inggris.
“Tidak sebanyak hari kemarin”, jawabnya datar, “Dan sekarang
aku lapar”, sambungnya.
Aku hanya tersenyum kecil. Tuh, kamu dengar sendiri kan, baru memulai pembicaraan saja dia
sudah memulainya dengan mengeluh.
“Bagaimana denganmu?”, kali ini ia yang balik bertanya.
“Sepertinya biasanya, berkeliling satu hari untuk makan
satu hari”, jawabku sambil tersenyum.
Ada nada kesombongan dalam ucapannku, aku sombong bahwa aku
bisa lebih bersyukur darinya.
“Besok aku akan pergi ke gudang yang di ujung jalan sana.
Kudengar dari Serra, disana ada Gorau Glau yang paling enak se-Inggris
Raya. Aku akan kesana besok”, ujarnya tidak bersemangat dan melenggang pergi.
***
Esok malamnya, kudengar kabar bahwa ia telah mati. Mati karena
terjepit perangkap tikus di rumah ujung jalan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar